Daftar Blog Saya

Minggu, 16 Februari 2014

Edisi Tafakur, Refleksi dalam Dakwah

Sejenak merehatkan diri...merefresh ruhiyah. Memutar rekam jejak yang telah usai. Menata baris dan capaian mendatang. Bukan untuk berhenti, bukan pula untuk cuti. Hanya kerja yang mesti rapi menjadi awal untuk berbenah diri. Itulah mereka atau kita, Sang juru dakwah. Pembawa misi kebaikan, yang hadirnya ingin menjadi pelita dikegelapan. Bahkan, ditengah rehatnya masih saja kebaikan-kebaikan menjadi alasan terdepannya.
Saudaraku....
Bertafakur dalam aktivitas dakwah mengarahkan kita untuk senantiasa menjaga konsistensi berpikir kita akan fikroh yang telah tertanam. Hingga kerja yang kita lakukan, dilandaskan dari ilmu yang kita pahami.
Upaya menjaga pemahaman akan fikroh yang kita bawa dalam dakwah dapat ditempuh dengan cara berikut, a.l:
  1. Mengaplikasikan dan mengerjakan suatu pemahaman dari yang kita ketahui dalilnya. 
  2. Memahami dan mendalami dalil dan Al-Qur'an. Maka, Pertemuan-pertemuan pekanan kitalah menjadi sarana untuk merespon, dan memahami dari dalil dan ayat-ayat Al-Qur'an.
  3. Mengerjakan sesuatu dengan sebaik mungkin.
Mengerjakan amal kebaikan mesti dilakukan dengan sebaik mungkin, karena sesungguhnya kita tidak tahu amal kebaikan mana yang mampu mendatangkan keberkahan dan menghantarkan kita ke Syurga. Sejenak, merehatkan pikiran dan menata kembali semangat menjadi sarana kita dalam memohon ampunan-Nya.
Jiwa yang penuh dengan kesombongan menjadikan kebenaran sulit untuk diterima. Sesungguhnya arti kesombongan merupakan perasaan dan sikap kita dalam menolak kebenaran dan menganggap kecil diri orang lain.  Maka bertafakur dalam dakwah merupakan salah satu upaya kita untuk mampu menerima setiap kebenaran.
saudaraku...
Semoga kita bukanlah bagian dari juru dakwah yang enggan menerima kebenaran. Seperti suatu kaum yang Allah terangkan dalam Al-Qur'an Q.S Al-A'raf: 175-176. Semoga kita menjadi juru dakwah yang senatiasa memahami makna istiqamah dan terlepas dari rasa sombong. Sesungguhnya setan itu mampu merubah pemikiran manusia dari bagian hilir dahulu baru kehulu. Sesungguhnya setan itu akan menjerumuskan kita untuk berpaling dari jalan ini melalui perasaan-perasaan kita yang muncul. Perasaan kita yang tidak nyaman dengan saudara kita, perasaan kita akan prasangka kita terhadap saudara kita. Hingga akhirnya kita mundur teratur dari barisan dan tatanan ini.

Bertafakurlah kita di Jalan ini, bertafakurlah dengan mendekatkan diri kepadaAllah,bertafakurlah
dengan interakasi pada kebenaran, bertafakurlah dengan medan-medan dakwah yang dihadapi. Maka, bertafakurlah lewat Alam, lewat hembusan angin, lewat gemercik air dan hamparan tanaman...!!

Jazakumullah Khoir
Jalasah Ruhiyah, 13 Februari 2014.
Ulasan taujih sang ustadz.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar