Daftar Blog Saya

Senin, 30 Desember 2013

Aku Rindu Zaman Itu

Insya Allah bermanfaat...:
Pernahkah Anda berfikir bahwa satu orang kita yang dalam keringanan tugas (wadzifah) akan memberatkan beban di pundak saudaranya yang lain, satu orang kita yang tidak serius dalam berjihad berpengaruh dalam kemenangan musuh, dan satu orang kita yang sering bergurau lalai tak bermakna akan memperlama  kemenangan dakwah. Jangan remehkan..walau hanya seorang kita, karena aktivis dakwah adalah teladan yang mensibghoh nilai2 rabbani.. nilai2 yang dipinjamkan oleh Allah kepada kita. Jika orang yang meminjam, hati2 jika Yang Empunya meminta tanpa konfirmasi dahulu kepada kita yang akhirnya kehilangan berkah dan rahmat-Nya akan kita temui dalam kekeringan berbicara, kekeringan sujud dan kekeringan berdzikir...

” Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui .” ( Qs. Ad Dukhaan : 38-39 )

” Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan.kepada Kami ? ”( Qs. Al Mu’minuun :115 ).

Ikhwah fillah....
Izinkan aku untuk bertutur dari jiwa yang paling dalam, jiwa yang merindukan masa itu... jiwa yang selalu merindu nikmatnya bermunajat, jiwa yang selalu basah oleh dzikir di malam hari dan jiwa yang merindukan perjuangan sejati menggemakan kalimatullah di atas catatan harian tirani kedzaliman..di bawah himpitan duri kemiskinan, di bawah terik matahari yang gagah tak pernah takut dengan ancaman para mafia dan aparat...ya Allah aku rindu zaman itu...meskipun kalimat itu mirip dengan tulisan saudaraku di belahan pulau Jawa sana...

Aku rindu zaman itu.. saat bertemu dengan saudara adalah obat paling mujarab di waktu sakit..

Aku rindu zaman itu..saat datang rapat ke sekre adalah kebutuhan dan saat yang dinantikan tiap pekan
bukan karena sms dari pemimpin.

Aku rindu zaman itu ..saat harus berselisih pendapat Al-Qur’anlah yang menjadi peredam kami, karena kami berusaha menjadi orang2 pecinta dan penghafal Al-Qur’an.

Aku rindu zaman itu...saat mendatangi sekre yang jauh, panas dan tidak ada kader yang punya kendaraan tapi selalu ramai jika ada rapat pengurus.

Aku rindu zaman itu.. dimana berlomba2 mengorbankan harta untuk dakwah adalah bagai berebut mata air Salsabila.

Aku rindu zaman itu..ketika berhadapan dengan orang pasar yang kasar adalah bagai menemukan “mainan” dan anak yang butuh “bimbingan”, yang siap dijadikan kader dakwah.

Aku rindu zaman itu...saat panas terik dengan angin sejuk sekre adalah tempat yang paling nyaman untuk menghampirkan goresan pena di buku pengurus, sekedar melepaskan penat di sekre juang yang nge-rukh...
Aku rindu zaman itu... tetesan keringat saat aksi adalah terasa bagai tetesan embun yang menyejukkan, karena ini adalah perjuangan dan jihad.
Aku rindu zaman itu...saat seorang ikhwah singgah ke sekre juang hanya untuk bertanya makanan “Ya Akhi antum punya apa yang bisa dimakan hari ini...?, “Akh...ana tidak punya apa-apa kecuali Allah dan Rasul-Nya..” . Subhanallah...
Aku rindu zaman itu...saat berkumpulnya para ikhwah berarti juga menyelesaikan masalah ummat, dan malu bubar dari majelis itu kalau tidak menghasilkan apa-apa.

Aku rindu zaman itu...saat tidak punya uang untuk aksi dan harus munasharah dari kantong-kantong ikhlash para ikhwan dan akhawat.

Aku rindu zaman itu...saat hafalan dan murajaah Al-Qur’an adalah senandung dan gumaman ikhwan dan akhwat saat berjalan dan dalam sendirinya.

Aku rindu zaman itu...saat gerakan mahasiswa lain merasa gentar dengan kita karena dengan pemahaman al-Qur’annya , karena prinsipnya yang tegas dan karena ketaatannya.

Aku rindu zaman itu...saat komitmen indah dakwah bukan karena jenjang keanggotaan, tapi kontribusi nyata.

Aku rindu zaman itu...saat  rukhiyah itu sedang naik pada puncaknya, saat kematian dalam kesyahidan adalah sebuah peristiwa yang kami rindukan.

Aku rindu zaman itu...saat para ikhwah selalu “merepotkan” untuk melimpahkan tugas, bagi kami adalah rezeki amal dan guyuran rahmat yang sangat disyukuri.

Aku rindu zaman itu...saat telpon gawat dari pemimpin adalah panggilan jihad meskipun di pagi-pagi buta dengan kata-kata, “Labbaik ya akh...”

Aku rindu zaman itu..saat panggilan Akhii dan Ukhtii bukanlah panggilan formalitas yang segan untuk menggunakannya tapi panggilan kehormatan sebagai ikhwah, karena mendapatkan panggilan itu harus mengorbankan kejahiliyahan, meneteskan air mata dan menahan ejekan dari keluarga dan tetangga. Lalu ketika sudah menjadi ikhwah mengapa justeru panggilan lain yang lebih kita sukai...

Aku rindu zaman itu...saat Sekre bagiku adalah rumah peradaban tempat aku sering mengukir  cita-cita untuk Indonesia dan ummat.
Ya Allah kuselipkan do’aku untuk wajah-wajah ikhlash itu...untuk mereka yang kini bertebaran berjuang untuk-Mu..


 Setiyati, MPD (Master of Planing and Daurah)
Insya Allah bermanfaat...:
Pernahkah Anda berfikir bahwa satu orang kita yang dalam keringanan tugas (wadzifah) akan memberatkan beban di pundak saudaranya yang lain, satu orang kita yang tidak serius dalam berjihad berpengaruh dalam kemenangan musuh, dan satu orang kita yang sering bergurau lalai tak bermakna akan memperlama  kemenangan dakwah. Jangan remehkan..walau hanya seorang kita, karena aktivis dakwah adalah teladan yang mensibghoh nilai2 rabbani.. nilai2 yang dipinjamkan oleh Allah kepada kita. Jika orang yang meminjam, hati2 jika Yang Empunya meminta tanpa konfirmasi dahulu kepada kita yang akhirnya kehilangan berkah dan rahmat-Nya akan kita temui dalam kekeringan berbicara, kekeringan sujud dan kekeringan berdzikir...

” Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui .” ( Qs. Ad Dukhaan : 38-39 )

” Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan.kepada Kami ? ”( Qs. Al Mu’minuun :115 ).

Ikhwah fillah....
Izinkan aku untuk bertutur dari jiwa yang paling dalam, jiwa yang merindukan masa itu... jiwa yang selalu merindu nikmatnya bermunajat, jiwa yang selalu basah oleh dzikir di malam hari dan jiwa yang merindukan perjuangan sejati menggemakan kalimatullah di atas catatan harian tirani kedzaliman..di bawah himpitan duri kemiskinan, di bawah terik matahari yang gagah tak pernah takut dengan ancaman para mafia dan aparat...ya Allah aku rindu zaman itu...meskipun kalimat itu mirip dengan tulisan saudaraku di belahan pulau Jawa sana...

Aku rindu zaman itu.. saat bertemu dengan saudara adalah obat paling mujarab di waktu sakit..

Aku rindu zaman itu..saat datang rapat ke sekre adalah kebutuhan dan saat yang dinantikan tiap pekan
bukan karena sms dari pemimpin.

Aku rindu zaman itu ..saat harus berselisih pendapat Al-Qur’anlah yang menjadi peredam kami, karena kami berusaha menjadi orang2 pecinta dan penghafal Al-Qur’an.

Aku rindu zaman itu...saat mendatangi sekre yang jauh, panas dan tidak ada kader yang punya kendaraan tapi selalu ramai jika ada rapat pengurus.

Aku rindu zaman itu.. dimana berlomba2 mengorbankan harta untuk dakwah adalah bagai berebut mata air Salsabila.

Aku rindu zaman itu..ketika berhadapan dengan orang pasar yang kasar adalah bagai menemukan “mainan” dan anak yang butuh “bimbingan”, yang siap dijadikan kader dakwah.

Aku rindu zaman itu...saat panas terik dengan angin sejuk sekre adalah tempat yang paling nyaman untuk menghampirkan goresan pena di buku pengurus, sekedar melepaskan penat di sekre juang yang nge-rukh...
Aku rindu zaman itu... tetesan keringat saat aksi adalah terasa bagai tetesan embun yang menyejukkan, karena ini adalah perjuangan dan jihad.
Aku rindu zaman itu...saat seorang ikhwah singgah ke sekre juang hanya untuk bertanya makanan “Ya Akhi antum punya apa yang bisa dimakan hari ini...?, “Akh...ana tidak punya apa-apa kecuali Allah dan Rasul-Nya..” . Subhanallah...
Aku rindu zaman itu...saat berkumpulnya para ikhwah berarti juga menyelesaikan masalah ummat, dan malu bubar dari majelis itu kalau tidak menghasilkan apa-apa.

Aku rindu zaman itu...saat tidak punya uang untuk aksi dan harus munasharah dari kantong-kantong ikhlash para ikhwan dan akhawat.

Aku rindu zaman itu...saat hafalan dan murajaah Al-Qur’an adalah senandung dan gumaman ikhwan dan akhwat saat berjalan dan dalam sendirinya.

Aku rindu zaman itu...saat gerakan mahasiswa lain merasa gentar dengan kita karena dengan pemahaman al-Qur’annya , karena prinsipnya yang tegas dan karena ketaatannya.

Aku rindu zaman itu...saat komitmen indah dakwah bukan karena jenjang keanggotaan, tapi kontribusi nyata.

Aku rindu zaman itu...saat  rukhiyah itu sedang naik pada puncaknya, saat kematian dalam kesyahidan adalah sebuah peristiwa yang kami rindukan.

Aku rindu zaman itu...saat para ikhwah selalu “merepotkan” untuk melimpahkan tugas, bagi kami adalah rezeki amal dan guyuran rahmat yang sangat disyukuri.

Aku rindu zaman itu...saat telpon gawat dari pemimpin adalah panggilan jihad meskipun di pagi-pagi buta dengan kata-kata, “Labbaik ya akh...”

Aku rindu zaman itu..saat panggilan Akhii dan Ukhtii bukanlah panggilan formalitas yang segan untuk menggunakannya tapi panggilan kehormatan sebagai ikhwah, karena mendapatkan panggilan itu harus mengorbankan kejahiliyahan, meneteskan air mata dan menahan ejekan dari keluarga dan tetangga. Lalu ketika sudah menjadi ikhwah mengapa justeru panggilan lain yang lebih kita sukai...

Aku rindu zaman itu...saat Sekre bagiku adalah rumah peradaban tempat aku sering mengukir  cita-cita untuk Indonesia dan ummat.
Ya Allah kuselipkan do’aku untuk wajah-wajah ikhlash itu...untuk mereka yang kini bertebaran berjuang untuk-Mu..


 Setiyati, MPD (Master of Planing and Daurah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar