Wajah mendungmu hari ini bisa kutafsir dengan mudah. Bisa kubaca dari caramu menungguku di depan ruang itu, ruang yang makin mengenalkanku padamu, pada mereka yang ada didalam hari ini.
Ahh...apa kabar my sist?
apa kabarmu hari ini?
ada apa dengan semburat wajahmu?
mungkinkah wajahmu hari ini akumulasi dari penatmu yang ingin kau ceritakan padaku beberapa waktu lalu.
Mungkinkah keceriaanmu yang selalu kutemui wajah lain dari bebanmu?
My dear sist...
Aku tahu jawabnya...aku bisa merasakannya.
Aku tahu resah dan sedihmu...
Aku tahu besarnya beban itu.
Aku tahu makna gelisah dan khawatirmu
Airmatamu senja tadi, menyalurkan semua rasamu.
Pundakku yang kuberikan tadi sore kurasa tak cukup membantu memikulnya, Pelukan hangat yang kusertai tetesan airmata tadi..menjadi bagian emosi jiwa yang bisa kurasakan dari ceritamu.
Maafkan kami sist, maafkan aku..ataupun mereka.
Kurasa bingkai ukhwah belumlah lagi cukup untuk memahami bebanmu. Kurasa bingkai ukhwah ini belumlah lagi cukup saat ternyata banyak resahmu yang kau simpan. Aku malu sist...aku malu mengaku menjadi saudaramu, mengaku menjadi partnermu...jika ternyata aku tak cukup paham dengan dukamu.
Maafkan aku sist...kalau ternyata beban pundakmu lebih berat dariku. Maafkan aku sist, kalau ternyata seganmu masih lebih besar terhadapku. Maafkan aku sist...kalau ternyata masih banyak hak ukhwah yang belum kutunaikan padamu.
Terimakasih akan ceritamu senja ini...
terimakasih akan rasa percayamu menitip dan berbagi resahmu padaku..
terimakasih akan khawatirmu terhadap mereka..
terimakasih my dear sist...
kuharap hari ini, esok ataupun kelak kita senantiasa menjadi sahabat yang tumbuh dan berkembang bersama dalam kebaikan, kuharap bingkai ukhwah ini menjadi tali perajut kita menuju Jannah-Nya...kuharap hadirnya kita menjadi penyedap masakan alami yang sehat, ibarat perpaduan gula dan garam yang tepat....
Terima Kasih untuk lukisan catatan ibrah senja ini.
Teruntuk kita semua yang mengaku berukhwah..
17 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar