Insya Allah bermanfaat...:
Pernahkah Anda berfikir
bahwa satu orang kita yang dalam keringanan tugas (wadzifah) akan
memberatkan beban di pundak saudaranya yang lain, satu orang kita yang
tidak serius dalam berjihad berpengaruh dalam kemenangan musuh, dan satu
orang kita yang sering bergurau lalai tak bermakna akan memperlama
kemenangan dakwah. Jangan remehkan..walau hanya seorang kita, karena
aktivis dakwah adalah teladan yang mensibghoh nilai2 rabbani.. nilai2
yang dipinjamkan oleh Allah kepada kita. Jika orang yang meminjam, hati2
jika Yang Empunya meminta tanpa konfirmasi dahulu kepada kita yang
akhirnya kehilangan berkah dan rahmat-Nya akan kita temui dalam
kekeringan berbicara, kekeringan sujud dan kekeringan berdzikir...
”
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan
dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui .” ( Qs. Ad
Dukhaan : 38-39 )
” Maka apakah kamu
mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan.kepada Kami ? ”( Qs. Al
Mu’minuun :115 ).
Ikhwah fillah....
Izinkan
aku untuk bertutur dari jiwa yang paling dalam, jiwa yang merindukan
masa itu... jiwa yang selalu merindu nikmatnya bermunajat, jiwa yang
selalu basah oleh dzikir di malam hari dan jiwa yang merindukan
perjuangan sejati menggemakan kalimatullah di atas catatan harian tirani
kedzaliman..di bawah himpitan duri kemiskinan, di bawah terik matahari
yang gagah tak pernah takut dengan ancaman para mafia dan aparat...ya
Allah aku rindu zaman itu...meskipun kalimat itu mirip dengan tulisan
saudaraku di belahan pulau Jawa sana...
Aku rindu zaman itu.. saat bertemu dengan saudara adalah obat paling mujarab di waktu sakit..
Aku rindu zaman itu..saat datang rapat ke sekre adalah kebutuhan dan saat yang dinantikan tiap pekan
bukan karena sms dari pemimpin.
Aku
rindu zaman itu ..saat harus berselisih pendapat Al-Qur’anlah yang
menjadi peredam kami, karena kami berusaha menjadi orang2 pecinta dan
penghafal Al-Qur’an.
Aku rindu zaman itu...saat mendatangi
sekre yang jauh, panas dan tidak ada kader yang punya kendaraan tapi
selalu ramai jika ada rapat pengurus.
Aku rindu zaman itu.. dimana berlomba2 mengorbankan harta untuk dakwah adalah bagai berebut mata air Salsabila.
Aku
rindu zaman itu..ketika berhadapan dengan orang pasar yang kasar adalah
bagai menemukan “mainan” dan anak yang butuh “bimbingan”, yang siap
dijadikan kader dakwah.
Aku rindu zaman itu...saat panas
terik dengan angin sejuk sekre adalah tempat yang paling nyaman untuk
menghampirkan goresan pena di buku pengurus, sekedar melepaskan penat di
sekre juang yang nge-rukh...
Aku rindu zaman itu...
tetesan keringat saat aksi adalah terasa bagai tetesan embun yang
menyejukkan, karena ini adalah perjuangan dan jihad.
Aku rindu
zaman itu...saat seorang ikhwah singgah ke sekre juang hanya untuk
bertanya makanan “Ya Akhi antum punya apa yang bisa dimakan hari
ini...?, “Akh...ana tidak punya apa-apa kecuali Allah dan Rasul-Nya..” .
Subhanallah...
Aku rindu zaman itu...saat berkumpulnya para
ikhwah berarti juga menyelesaikan masalah ummat, dan malu bubar dari
majelis itu kalau tidak menghasilkan apa-apa.
Aku rindu
zaman itu...saat tidak punya uang untuk aksi dan harus munasharah dari
kantong-kantong ikhlash para ikhwan dan akhawat.
Aku rindu
zaman itu...saat hafalan dan murajaah Al-Qur’an adalah senandung dan
gumaman ikhwan dan akhwat saat berjalan dan dalam sendirinya.
Aku
rindu zaman itu...saat gerakan mahasiswa lain merasa gentar dengan kita
karena dengan pemahaman al-Qur’annya , karena prinsipnya yang tegas dan
karena ketaatannya.
Aku rindu zaman itu...saat komitmen indah dakwah bukan karena jenjang keanggotaan, tapi kontribusi nyata.
Aku
rindu zaman itu...saat rukhiyah itu sedang naik pada puncaknya, saat
kematian dalam kesyahidan adalah sebuah peristiwa yang kami rindukan.
Aku
rindu zaman itu...saat para ikhwah selalu “merepotkan” untuk
melimpahkan tugas, bagi kami adalah rezeki amal dan guyuran rahmat yang
sangat disyukuri.
Aku rindu zaman itu...saat telpon gawat
dari pemimpin adalah panggilan jihad meskipun di pagi-pagi buta dengan
kata-kata, “Labbaik ya akh...”
Aku rindu zaman itu..saat panggilan Akhii dan Ukhtii
bukanlah panggilan formalitas yang segan untuk menggunakannya tapi
panggilan kehormatan sebagai ikhwah, karena mendapatkan panggilan itu
harus mengorbankan kejahiliyahan, meneteskan air mata dan menahan ejekan
dari keluarga dan tetangga. Lalu ketika sudah menjadi ikhwah mengapa
justeru panggilan lain yang lebih kita sukai...
Aku rindu zaman itu...saat Sekre bagiku adalah rumah peradaban tempat aku sering mengukir cita-cita untuk Indonesia dan ummat.
Ya Allah kuselipkan do’aku untuk wajah-wajah ikhlash itu...untuk mereka yang kini bertebaran berjuang untuk-Mu..
Setiyati, MPD (Master of Planing and Daurah)
Insya Allah bermanfaat...:
Pernahkah Anda berfikir
bahwa satu orang kita yang dalam keringanan tugas (wadzifah) akan
memberatkan beban di pundak saudaranya yang lain, satu orang kita yang
tidak serius dalam berjihad berpengaruh dalam kemenangan musuh, dan satu
orang kita yang sering bergurau lalai tak bermakna akan memperlama
kemenangan dakwah. Jangan remehkan..walau hanya seorang kita, karena
aktivis dakwah adalah teladan yang mensibghoh nilai2 rabbani.. nilai2
yang dipinjamkan oleh Allah kepada kita. Jika orang yang meminjam, hati2
jika Yang Empunya meminta tanpa konfirmasi dahulu kepada kita yang
akhirnya kehilangan berkah dan rahmat-Nya akan kita temui dalam
kekeringan berbicara, kekeringan sujud dan kekeringan berdzikir...
”
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan
dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui .” ( Qs. Ad
Dukhaan : 38-39 )
” Maka apakah kamu
mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan.kepada Kami ? ”( Qs. Al
Mu’minuun :115 ).
Ikhwah fillah....
Izinkan
aku untuk bertutur dari jiwa yang paling dalam, jiwa yang merindukan
masa itu... jiwa yang selalu merindu nikmatnya bermunajat, jiwa yang
selalu basah oleh dzikir di malam hari dan jiwa yang merindukan
perjuangan sejati menggemakan kalimatullah di atas catatan harian tirani
kedzaliman..di bawah himpitan duri kemiskinan, di bawah terik matahari
yang gagah tak pernah takut dengan ancaman para mafia dan aparat...ya
Allah aku rindu zaman itu...meskipun kalimat itu mirip dengan tulisan
saudaraku di belahan pulau Jawa sana...
Aku rindu zaman itu.. saat bertemu dengan saudara adalah obat paling mujarab di waktu sakit..
Aku rindu zaman itu..saat datang rapat ke sekre adalah kebutuhan dan saat yang dinantikan tiap pekan
bukan karena sms dari pemimpin.
Aku
rindu zaman itu ..saat harus berselisih pendapat Al-Qur’anlah yang
menjadi peredam kami, karena kami berusaha menjadi orang2 pecinta dan
penghafal Al-Qur’an.
Aku rindu zaman itu...saat mendatangi
sekre yang jauh, panas dan tidak ada kader yang punya kendaraan tapi
selalu ramai jika ada rapat pengurus.
Aku rindu zaman itu.. dimana berlomba2 mengorbankan harta untuk dakwah adalah bagai berebut mata air Salsabila.
Aku
rindu zaman itu..ketika berhadapan dengan orang pasar yang kasar adalah
bagai menemukan “mainan” dan anak yang butuh “bimbingan”, yang siap
dijadikan kader dakwah.
Aku rindu zaman itu...saat panas
terik dengan angin sejuk sekre adalah tempat yang paling nyaman untuk
menghampirkan goresan pena di buku pengurus, sekedar melepaskan penat di
sekre juang yang nge-rukh...
Aku rindu zaman itu...
tetesan keringat saat aksi adalah terasa bagai tetesan embun yang
menyejukkan, karena ini adalah perjuangan dan jihad.
Aku rindu
zaman itu...saat seorang ikhwah singgah ke sekre juang hanya untuk
bertanya makanan “Ya Akhi antum punya apa yang bisa dimakan hari
ini...?, “Akh...ana tidak punya apa-apa kecuali Allah dan Rasul-Nya..” .
Subhanallah...
Aku rindu zaman itu...saat berkumpulnya para
ikhwah berarti juga menyelesaikan masalah ummat, dan malu bubar dari
majelis itu kalau tidak menghasilkan apa-apa.
Aku rindu
zaman itu...saat tidak punya uang untuk aksi dan harus munasharah dari
kantong-kantong ikhlash para ikhwan dan akhawat.
Aku rindu
zaman itu...saat hafalan dan murajaah Al-Qur’an adalah senandung dan
gumaman ikhwan dan akhwat saat berjalan dan dalam sendirinya.
Aku
rindu zaman itu...saat gerakan mahasiswa lain merasa gentar dengan kita
karena dengan pemahaman al-Qur’annya , karena prinsipnya yang tegas dan
karena ketaatannya.
Aku rindu zaman itu...saat komitmen indah dakwah bukan karena jenjang keanggotaan, tapi kontribusi nyata.
Aku
rindu zaman itu...saat rukhiyah itu sedang naik pada puncaknya, saat
kematian dalam kesyahidan adalah sebuah peristiwa yang kami rindukan.
Aku
rindu zaman itu...saat para ikhwah selalu “merepotkan” untuk
melimpahkan tugas, bagi kami adalah rezeki amal dan guyuran rahmat yang
sangat disyukuri.
Aku rindu zaman itu...saat telpon gawat
dari pemimpin adalah panggilan jihad meskipun di pagi-pagi buta dengan
kata-kata, “Labbaik ya akh...”
Aku rindu zaman itu..saat panggilan Akhii dan Ukhtii
bukanlah panggilan formalitas yang segan untuk menggunakannya tapi
panggilan kehormatan sebagai ikhwah, karena mendapatkan panggilan itu
harus mengorbankan kejahiliyahan, meneteskan air mata dan menahan ejekan
dari keluarga dan tetangga. Lalu ketika sudah menjadi ikhwah mengapa
justeru panggilan lain yang lebih kita sukai...
Aku rindu zaman itu...saat Sekre bagiku adalah rumah peradaban tempat aku sering mengukir cita-cita untuk Indonesia dan ummat.
Ya Allah kuselipkan do’aku untuk wajah-wajah ikhlash itu...untuk mereka yang kini bertebaran berjuang untuk-Mu..
Setiyati, MPD (Master of Planing and Daurah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar